Kamis, 21 Mei 2015

☀ Fiqih : Sebelum Dan Sesudah Kematian




Setiap orang pasti akan mati. Sayangnya, banyak orang-orang yang tidak sadar bahwa mereka hidup di dunia ini hanya sesaat, mereka menyangka hidup ini akan terus menerus tidak ada kemantian. Kehidupan makhluk di dunia ini tidak kekal. Setiap kehidupan pasti diakhiri dengan kematian. Umur manusia tidak ada yang tahu kecuali Allah. Berapa banyak kita dengar berita orang meninggal secara tiba-tiba. Kalau sudah waktunya, mau tak mau harus menghadapi hal yang namanya kematian.


Maut dalam bahasa artinya mati atau terpisahnya ruh dari jasad atau badan. Ruh dalam bahasa artinya jirm atau dzat yang tidak bisa dilihat atau diraba. Sedangkan ruh atau jirm ini adalah makhluk yang kekal tapi ada yang mengkekalkanya yaitu Allah yang Maha Kekal. Ruh adalah makhluk ghaib, makanya disaat keluarnya ruh dari jasad tidak ada seorangpun yang mengetahuinya. Ruh bukan benda atau materi, makanya ia tidak terkena hukum kehancuran. Jika seseorang mati jasadnya hancur dimakan tanah di pekuburan, tapi ruhnya tidak mati, ia berpindah dari satu alam ke alam yang baru, dari alam dunia ke alam akhirat, ke alam ghaib yang disebut alam Barzakh.

“Dan di hadapan mereka (ahli kubur) ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan“ (Qs Al-Mu’minun ayat : 100).

jadi, dzat yang ghaib seperti ruh tempatnya di alam yang ghaib pula. Menurut pendapat ahli tafsir, makna alam barzakh ialah suatu tempat di antara dunia dan akhirat sebelum manusia dikumpulkan di padang Mahsyar setelah hari kebangkitan atau boleh juga dikatakan alam barzakh adalah dinding pembatas antara waktu setelah kematian seseorang sehingga waktu dibangkitkannya. Jadi siapa yang mati bermakna dia telah memasuki alam barzakh atau alam kubur.

Maut bukan akhir dari kehidupan. Maut adalah adalah awal kehidupan yang baru. Jadi maut bukan kesudahan, kehancuran atau kemusnahan. Maut adalah suatu peralihan dari suatu dunia ke dunia lainnya. Jadi, kematian tidak bisa dihindari dari seseorang. Tetapi harus dihadapi. Yang ditakutkan mausia bukan menghadapi kematian, tapi apa yang akan dihadapi setelah kematian itu datang. Oleh karena itu orang yang semasa hidupnya banyak menabur dan menanam kebaikan, maka kematian baginya adalah sebuah pintu yang membawanya masuk kedalam kehidupan baru yang jauh lebih baik dan lebih indah dari kehidupan di dunia. Itulah yang diyakini orang yang beriman dan sering berbuat baik, baginya kematian itu akan mengantarkan mereka ke taman surga Firdaus yang mengalir di bawahnya sungai sungai, sehingga kematian bagi mereka tidak terasa. Maka hadapilah kematian dengan iman, dan lakukanlah kebaikan sebelum kematian itu tiba.

Sekarang apa yang kita harus lakukan jika mendengar seseorang telah meninggal dunia?

Cara Menghadapi Orang Sedang Sakaratul-maut.

Tentu sebelum datang kematian, manusia pasti mengalami sakaratul maut, artinya saat saat terpisahnya jasad dengan ruh. Apabila keadaan si sakit sudah berakhir dan memasuki pintu maut, yakni saat-saat meninggalkan dunia yaitu ihtidhar (detik-detik kematian),  maka disunahkan bagi keluarganya melakukan beberpa hal :
Orang yang sakit diletakan dalam posisi berbaring diatas rusuk kanan menghadap kiblat, seperti membaringkan mayat di liang lahad. Jika tidak mampu maka diletakan dalam posisi berbaring diatas rusuk kiri. Jika tidak mampu juga maka diterlentangkan di atas punggungnya, kedua telapak kakinya ke arah kiblat, dan kepalanya diangkat sedikit agar wajahnya menghadap ke arah kiblat, seperti posisi mayat yang dimandikan.
Hal ini sesuai dengan hadits Abu Qatadah ra, bahwa ketika Nabi saw datang di Madinah, beliau bertanya tentang al-Barra’ bin Ma’rur, lalu para sahabat menjawab bahwa dia telah wafat, dan dia berwasiat memberikan sepertiga hartanya untukmu ya Rasulallah, dan berpesan agar dihadapkan ke kiblat ketika hampir wafat, lalu Rasulullah saw. bersabda : “Sesuai dengan fitrah dan aku kembalikan sepertiga hartanya kepada anaknya”, kemudian beliau pergi dan shalat ghaib atasnya dan berdoa ”Ya Allah ampunilah dia dan masukanlah dia ke surgaMu’(HR al-Hakim, hadist shahih)
Mengajarinya atau menuntunnya untuk mengucapkan kalimat “laa ilaaha illallah” dengan suara tenang, tidak dipaksa dan bisa didengar orang yang sakit. Tujuannya adalah mengingatkan si sakit kepada Allah.
Dari Abu sa’id al-Khudzri ra : sesungguhnya Rasulallah saw bersabda : “Ajarilah orang yang hampir mati diantara kalian dengan kalimat “laa illaaha illallah”. (HR Muslim)
Dianjurkan agar dibacakan surat Yasin kepada orang yang sedang sakarat. Berdasarkan hadits dari Ma’qal bin Yasar ra, ia barkata: sesungguhnya Rasulallah saw bersabda: “Bacakanlah kepada orang yang hampir mati diantara kamu (yakni surat Yasin) (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dengan sanad2 majhul tapi tidak didhaifkan oleh Abu Dawud)
Disukai bagi yang sedang sakaratul maut untuk berprasangka baik kepada Allah. Yaitu berharap rahmat Allah, selalu mengingat kemurahan dan luas pengampunan-Nya. Dari Jabir bin Abdullah ra, bahwa ia mendengar tiga hari sebelum meninggal Rasulallah saw, beliau bersabda tiga hari sebelum wafat beliau : “Jangan sekali-kali salah seorang diantara kamu meninggal dunia melainkan dalam keadaan dia berbaik sangka kepada Allah Ta’ala.” (HR Muslim)

Sekarang, jika si sakit telah wafat, apa yang harus dilakukan baginya? 

Disunahkan menutup kedua matanya.
Dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah saw mendatangi rumah Abu Salamah (pada hari wafatnya), dan beliau mendapatkan kedua mata Abu Salamah terbuka lalu beliau menutupnya. Beliau bersabda: “Sesungguhnya tatkala ruh dicabut, maka pandangan mata akan mengikutinya’ (HR Muslim).
Mengikat kepala mayit secara vertikal dari arah dagu dengan kain yang dilingkarkan diatas kepala, hal ini bertujuan agar mulut mayat tertutup dan tidak bisa dimasuki udara.
Hendaknya tangan mayit di posisikan seperti orang yang shalat.
Melemaskan sendi sendi tangan dan kaki mayat dengan cara menekuk persendian tersebut berulang kali. Tindakan ini bertujuan agar jasad mayat tidak kaku sehingga sulit dimandikan.
Melepaskan pakaian mayat yang dikenakan ketika meninggal, sebab pakaian tersebut bisa mempercepat proses pembusukan.
Menutup jasadnya dengan kain tipis. Kedua ujung kain dilipat ke bawah kepala dan kaki agar tidak tersingkap ketika tertiup angin.
Dari Aisyah ra, ia berkata : “Bahwasannya ketika Rasulullah saw meninggal dunia ditutupi dengan kain hibaroh (yakni kain bergaris hitam putih yang terbuat dari katun).” (HR. Bukhari-Muslim)
Menaruh sesuatu yang agak berat di atas perut mayit agar perutnya tidak membesar. Diriwayatkan bahawa pembantu Anas ra wafat, lalu beliau bekata : “Letakanlah besi diatas perutnya agar perutnya tidak membesar (HR al-Baihaqi)
Menghadapkan mayit kearah Kiblat dengan tata cara seperti di atas
Memperbanyak do’a-do’a yang berisi permohonan ampunan dan rahmat untuknya,
Bagi ahli warisnya diharuskan menyegrakan membayar hutang-hutannya atau sangkut paut yang berurusan dengan keuangan terhadap manusia, begitu pula melaksanakan wasiatnya jika terdapat wasiat. Dari Abu Hurairah, ia berkata : sesungguhnya Rasulallah saw bersabda : “Diri orang mukmin itu tergantung (tidak sampai ke hadhirat Allah) karena hutangnya, hingga dibayar (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dengan isnad shahih)



Ya Allah... semoga yang membaca artikel ini :
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin.